BinisManado.com, Tomohon – Inovasi di bidang pendidikan dan lingkungan kembali hadir di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), dosen dan mahasiswa Universitas Negeri Manado (Unima) memperkenalkan teknologi bio-baterai berbahan ampas kopi ke beberapa sekolah di kota tersebut.
Program bertajuk “Penerapan Perangkat Bio-Baterai Berbahan Ampas Kopi dan Pemanfaatannya sebagai Media Pembelajaran Fisika SMA di Kota Tomohon” ini bertujuan memperkaya metode pembelajaran sains dengan memanfaatkan energi terbarukan. Kegiatan ini dipimpin oleh Ishak Pawarangan, dibantu oleh dosen lainnya seperti Widya A. Tumewu dan Vicky J. Mawuntu, serta lima mahasiswa Unima.
Program ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat tahun 2024. Penggunaan ampas kopi sebagai bahan dasar bio-baterai dianggap sebagai langkah inovatif untuk menciptakan sumber energi terjangkau dan mudah diakses.

Ketua tim PKM, Ishak Pawarangan, menyampaikan bahwa kegiatan ini menghubungkan teori fisika dengan aplikasi praktis. “Dengan memanfaatkan limbah kopi, kami ingin menunjukkan kepada siswa bahwa teknologi hijau adalah masa depan yang bisa mereka capai,” ujarnya pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Kegiatan ini disambut antusias oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika se-Kota Tomohon. Para guru diberikan kesempatan untuk merakit dan menguji perangkat bio-baterai dalam eksperimen fisika. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan inovasi pengajaran sains dan mendorong para guru untuk terus mengembangkan ide-ide kreatif.
Buddy Yohanes Mende, Ketua MGMP Fisika Kota Tomohon, mengatakan bahwa kegiatan ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana sains dan lingkungan dapat saling mendukung. “Limbah kopi ternyata bisa menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan,” ungkapnya.

Jola Carolien Massie, guru Fisika dari SMA Swasta Kristen 1 Tomohon, menambahkan bahwa program ini membuat pembelajaran fisika lebih menarik dan interaktif. “Siswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga merasakan langsung bagaimana energi listrik bisa dihasilkan dari bahan sederhana di sekitar mereka,” ujarnya.
Kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari, mencakup pelatihan guru dan pendampingan penggunaan perangkat bio-baterai di kelas. Harapannya, perangkat ini dapat menjadi media pembelajaran berkelanjutan di sekolah-sekolah Tomohon. (rls)
Tinggalkan Balasan