BisnisManado.com, Jakarta – Demensia bukan lagi sekadar persoalan individu atau keluarga. Lonjakan kasus di sejumlah negara, terutama China, menandakan bahwa penyakit ini kini telah berubah menjadi persoalan global yang memerlukan perhatian serius. Di tengah laju penuaan populasi, sistem kesehatan global pun mulai goyah menghadapi beban baru yang diam-diam terus membesar.
Melansir laporan South China Morning Post (SCMP) yang dikutip oleh CNBC Indonesia, dalam rentang waktu kurang dari 30 tahun, jumlah penderita demensia di China meningkat tajam dari sekitar 4 juta orang pada 1990 menjadi 17 juta orang pada 2021. Tanpa adanya langkah pencegahan atau intervensi kebijakan kesehatan masyarakat, jumlah ini dikhawatirkan bisa melonjak hingga 115 juta jiwa pada 2050—angka yang nyaris setara dengan separuh populasi Indonesia saat ini.
Angka ini tidak berdiri sendiri. Sebuah studi kolaboratif dari Fudan University, yang dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS One, memperkirakan bahwa pada pertengahan abad ini, dua dari tiga penderita demensia di dunia akan berasal dari China. Hal ini menjadikan negara tersebut sebagai pusat krisis demensia global—sebuah kenyataan yang mengkhawatirkan.

Demensia dan Beban yang Menyertainya
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penurunan fungsi otak, seperti daya ingat, kemampuan berpikir, serta perilaku yang cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut informasi dari Alzheimer Indonesia, demensia bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk penyakit Alzheimer, stroke berulang, atau kerusakan sel otak akibat faktor lain.
Apa yang membuat kasus di China begitu menonjol? Sejumlah faktor risiko menjadi sorotan utama. Tingginya angka perokok aktif—sekitar 48% pria dewasa di China menurut data WHO—serta prevalensi diabetes dan obesitas yang meningkat drastis dalam dua dekade terakhir, dianggap sebagai pemicu utama. Ironisnya, semakin tinggi angka harapan hidup, semakin besar pula jumlah warga lanjut usia yang rentan mengalami gangguan kognitif.
Tak Hanya Medis, Tapi Juga Ekonomi
Beban yang dihadirkan demensia tidak hanya terasa di ranah kesehatan. Secara global, menurut laporan dari World Health Organization (WHO) dan data yang diolah dari berbagai studi internasional, biaya yang dihabiskan untuk menangani demensia telah mencapai US$1,3 triliun per tahun. Jika tren ini berlanjut, angka tersebut bisa melonjak hingga US$2,8 triliun pada 2030.
Yang mengejutkan, sekitar 80% dari biaya tersebut justru berasal dari perawatan sosial dan informal yang dilakukan oleh keluarga. Di negara berkembang seperti China, sistem perlindungan sosial belum sepenuhnya mampu mengimbangi kebutuhan perawatan ini. Akibatnya, beban emosional, fisik, dan finansial sering kali ditanggung keluarga secara langsung—menggerus kualitas hidup lintas generasi.
Krisis Global yang Mendesak Ditangani
Dunia sebenarnya sudah mulai bersiap, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa langkah-langkah preventif masih tertinggal jauh dari laju pertumbuhan kasus. Organisasi kesehatan internasional menyerukan pendekatan multipihak: edukasi publik, penguatan sistem deteksi dini, dan perbaikan gaya hidup masyarakat.
Jika tidak segera direspons, “tsunami demensia” ini tak hanya akan mengguncang rumah-rumah di Beijing atau Shanghai, tapi juga menciptakan gelombang yang menghantam sistem kesehatan global. Di era populasi menua, demensia adalah tantangan nyata yang tak bisa lagi ditunda penanganannya.
(thw)
Tinggalkan Balasan