BisnisManado.com, Konawe Kepulauan – Pulau Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan menjadi saksi keunggulan sektor pertanian lokal, khususnya budidaya jambu mente. Komoditas ini bukan sekadar andalan ekonomi, tetapi juga pilar utama kesejahteraan masyarakat.

Salah satu petani sukses adalah Karsum, yang telah mengelola kebun jambu mente sejak usia 30 tahun. Setelah mencoba bercocok tanam pisang dan cengkeh, ia memilih fokus pada jambu mete yang kini menjadi sumber penghasilannya.

“Kita menanam pisang dulu. Nah, selesai itu kita bersihkan (lahan). Baru saya tanam jambu mente. Itu kan belum menghasilkan, perlu proses. Kemudian tumbuh jambu mente sekitar tiga tahun, baru ada hasil,” ujarnya seperti dilansir dari detikcom.

RAUP, Karsum Petani Mente dari Wawonii yang berhasil Raup Omzet Rp 1 Juta per Hari. (Foto Rafida Fauzia/detik.com)

Berawal dari sepuluh pohon yang ditanam dengan bibit sederhana dari lingkungan sekitar, kebun Karsum kini meluas hingga mencapai satu hektare. Ia memanfaatkan metode sederhana untuk memperbanyak pohon. “Sekarang kalau pohonnya itu, saya tidak bisa hitung karena banyak pohonnya,” tambahnya.

Setahun sekali, panen jambu mente memberikan hasil maksimal. Dari lahannya, Karsum mampu memanen hingga 300 kilogram mete, dengan rata-rata setiap pohon menghasilkan 3-5 kilogram. Hasil panennya dihargai Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram, dan omzet harian Karsum pun bisa mencapai Rp 1 juta.

“(Omzetnya) alhamdulillah, kalau mente ini, kalau bagi saya kan, kadang kita terima ada Rp 1.200.000 dalam satu hari,” ungkapnya.

Namun, perjalanan bertani jambu mete bukan tanpa kendala. Serangan burung kakak tua yang memakan biji mente menjadi tantangan besar, terutama dengan luasnya lahan yang dimiliki. “Kakak tua, kalau ada senjata burung, bisa kita (cegah). Karena di sini di Wawonii kan dulu itu jarang,” katanya.

RAUP, Karsum Petani Mente dari Wawonii yang berhasil Raup Omzet Rp 1 Juta per Hari. (Foto Rafida Fauzia/detikcom)

Selain itu, kehadiran internet di Desa Watuondo menjadi anugerah bagi para petani. Akses internet dari Bakti Kominfo memungkinkan Karsum dan petani lainnya menghubungi pembeli langsung, tanpa harus melalui perantara.

“Setelah jambu mente kita kumpul. Setelah kita jemur, kita kumpul, kita jemur dulu, selesai dijemur, kirim, baru kita telpon yang datang menimbang,” jelas Karsum.

Kini, inovasi ini tidak hanya memotong waktu pengiriman yang sebelumnya menggunakan kapal kayu ke Kendari, tetapi juga membantu petani mendapatkan harga terbaik untuk hasil jerih payah mereka. Budidaya jambu mete di Wawonii pun terus memberikan harapan baru bagi para petani di daerah tersebut.

(bim)